Breaking News

Jumat, 12 Desember 2014

Tragedi Berdarah Cemburu Buta

Oleh: Fuad Akbar Adi

ERWIN NAMPAK LESU MELIHAT DARI LUAR ISTRINYA MASUK RUMAH BERSAMA SEORANG PRIA LAIN. EMOSINYA MELUAP SEKETIKA. KEMUDIAN DENGAN LANGKAH CEPAT IA MASUK MENYUSUL ISTRINYA.

Erwin : (pintu rumah di tendang keras) Wah, hebat-hebat. Pemandangan yang luar biasa.

Rana : Mas, katanya kamu ke luar kota? Tapi . . . (terkejut)

Erwin : Ternyata begini jadinya, kalau suami pergi ke luar kota, kamu asyik-asyikan selingkuh. Membawa pria lain masuk ke dalam rumah. Dasar wanita durjana! (sambil mengacungkan jari telunjuknya ke muka Rana)

Rana : Jangan salah paham dulu, Mas. Jangan melontarkan pernyataan seperti itu kepada istrimu sendiri. Tenanglah! Biarkan aku menjelaskan kepadamu.

Erwin : Penjelasan apa lagi? Kamu mau menjelaskan apa, ha?! Sudah jelas-jelas kamu tertangkap basah membawa laki-laki biadab ini masuk rumah, masih mau mengelak.

Rana : Mas!

Ferre : Jaga mulutmu! Apa maksudmu berkata seperti itu? (tersentak) (bangkit dari tempat duduknya)

Erwin : kenapa? Ada yang salah dari ucapanku? Bukankah kau memang laki-laki biadab perebut istri orang?

Ferre : Kurang ajar, kau! (Mengepalkan tangan hendak memukul Erwin)

Rana : Ferre, jangan! Tenanglah. Ini bisa diselesaikan tanpa harus ada perkelahian.

Ferre : Dia yang memancing emosiku, Rana!

Rana : Sudahlah sudahlah. Mas Erwin hanya sedang kalut. Kamu harus tenang, oke?

Ferre : Oke, tapi ingat! Sekali lagi dia menghinaku, aku tidak segan-segan untuk menghajarnya. (kembali duduk ke kursi sofa)

RANA KEMBALI MENGHAMPIRI FERRE. PERLAHAN IA MAMPU MENENANGKAN ERWIN JUGA DAN KINI MEREKA BERDUA DUDUK DI KURSI BERSAMA.

Rana : Baik, sekarang kumohon kalian berdua tenang. Kalian berdua laki-laki, harusnya kalian bisa lebih baik mengontrol emosi dan perasaan. Sekarang tenanglah. Biar aku yang bicara dan menjelaskan semuanya.

Erwin : Halah, percuma. Aku terlanjur sakit hati dengan semua yang telah terjadi. Aku sudah tahu semua, Rana. Aku sudah tahu kau sering berduaan bersama laki-laki ini?

Rana : Mas, jangan fitnah! Mana buktinya?

Erwin : Aku memang tidak punya bukti, tapi aku tahu itu dari penjelasan rekan-rekan kantormu.

Rana : Kurang ajar! Siapa yang bilang seperti itu kepadamu?

Erwin : Halah, tak perlu kusebutnya. Pokoknya ada beberapa. Mereka bilang kau sering bepergian bersama dengan pria itu. Katanya setiap hari nempel terus kayak perangko. Benar kan?

Rana : Ya ampun, Mas. Itu semua bohong. Kamu jangan percaya. Mereka pasti sengaja bercerita bohong kepadamu untuk mengadu domba kita. Percayalah kepadaku, Mas.

Erwin : Apa? Aku tidak salah dengar bukan? Kau memintaku percaya denganmu? Bagaimana aku dapat percaya denganmu, sedang baru saja kulihat kau membawa masuk seorang pria ke rumah tanpa ada aku dan tanpa seizinku. Ha?

Rana : Baiklah, kuakui dalam hal ini aku salah. Maafkan aku. Tapi aku tidak bermaksud melakukan suatu hal yang kau pikirkan, Mas. Aku tidak selingkuh!

Erwin : Hah, kau kira dengan ucapan seperti itu aku bisa percaya begitu saja.

Rana : Lalu, apa yang harus aku lakukan agar bisa membuatmu percaya? Kau ingin aku melakukan sumpah pocong agar kau percaya? Apa perlu aku lakukan itu untukmu?

Erwin : (Erwin terdiam sejenak dengan menungukkan mukanya tanpa menatap Rana sama sekali) Baiklah. Aku ingin dengar penjelasanmu sekarang.

Rana : (Tersenyum) Terimakasih, Mas. Baik, akan kuceritakan mulai dari mengenai gosip yang mengatakan aku sering jalan bareng dengan Ferre. Jadi begini, akhir-akhir ini memang Pak Indra sering mamasukkan kami berdua dalam satu tim dalam mengurusi klien. Entah, aku tak tahu kenapa. Tapi memang seperti itu kenyataanya, kau bisa tanyakan hal ini kepada Pak Indra sendiri. Lalu, karena kami sering berada dalam satu tim akhirnya membuat kami semakin akram. Itu hukum alam bukan? Kita sering bertemu, maka secara otomatis kita akan makin mengenal satu sama lain dan kemudian mambuat kita jadi akrab. Itu saja. Aku tak tahu bagaimana stigma orang-orang yang mengatakan kalau kami nempel terus seperti perangko. Aku tidak habis fikir dengan mereka.

Erwin : Hmmm, benarkah? Lalu mengenai kejadian ini?

Rana : Baik, jadi kami baru saja meeting dengan klien di sebuah restoran di ujung gang sana. Karena dekat rumah, aku ajak Ferre untuk mampir ke ruamh sebentar. Hanya sebatas ingin beristirahat. Mungkin setengah jam kemudian kami akan kembali ke kantor lagi.

Erwin : Begitu ya. Tapi asal kamu tahu memasukkan lelaki yang bukan muhrim ke dalam rumah tanpa ada aku merupakan sebuah dosa Rana. Apa kamu tidak diajarkan tata karma dan adat yang baik dalam menjadi seorang wanita dan istri?

Rana : Maafkan aku, Mas. Sekali lagi maafkan aku. Aku sungguh menyesal membuatm marah dan kecewa.

Erwin : Maaf saja tidak cukup. Aku telah terlanjur kecewa kepadamu. (Erwin beranjak dari temapt tidurnya kemudian berlalu begitu saja tanpa pamitan)

RANA KELABAKAN MELIHAT SUAMINYA PERGI MENINGGALKANYA. IA BERUSAHA MENGCEGAH SUAMINYA PERGI.

Rana : Mas Erwin mau ke mana? Maafkan aku, Mas (dengan nada terisak-isak)

Erwin : Kau tak perlu tahu. Bukan urusanmu!

Rana : Mas, kumohon maafkan aku (memegang dan menarik tangan Erwin, mencegah langkahnya keluar dari pintu rumah) Mas! Mas! (tangis Rana pun pecah)

Ferre : (berdiri setelah sekian lama hanya duduk diam) Hai, laki-laki macam apa kau ini? tega sekali kau membiarkan istrimu memohon dan menangis seperti itu.

Erwin : Siapa kau? Kau bukan siapa-siapa di rumah ini. kau tidak punya hak berkomentar atas apa yang aku lakukan kepada istriku. Bukanya semua ini juga disebabkan olehmu, ha? Dasar laki-laki biadab! Tak tahu diri!

Ferre : Sialan kau! (Ferre kembali terpancing emosinya oleh ucapan Erwin) Kaulah yang biadab. Kuhajar kau! (sambil berlari menghampiri Erwin lalu memukul muka Erwin dengan sangat keras)

ERWIN JATUH TERSUNGKUR KE LANTAI. KELUAR DARAH DARI MULUTNYA. IA MENGUSAP DARAH YANG MENODAI BIBIRNYA KEMUDIAN BANGKIT. SECEPAT KILAT IA MEMBALAS PUKULAN FERRE. PERKELAHIAN TAK DAPAT TERELAKKAN. RANA TAK MAMPU BERBUAT APA-APA SELAIN MENJERIT DAN MENANGIS.

Erwin : Mati kau! (sambil memukul Ferre yang mengenai pelipis hingga bercak darah mengotori wajah Ferre)

Ferre : Sialan kau! Ha!!! (Ferre menendang Erwin hingga Erwin kembali tersungkurt ke lantai) (Lantas Ferre menindih Erwin dan terus memukulinya hingga Erwin babak belu)

Rana : (sekuat tenaga menarik badan Ferre yang masih menindih Erwin) Ferre, hentikan! Kumohon hentikan!

Ferre : Biarkan aku menghajarnya Rana. Dia benar-benar membuat kesabaranku habis (terjerembak oleh tarikan Rana) (Lalu melangkah menjauhi Erwin yang masih terkapar di lantai.

Rana : (menghampiri Erwin) Mas Erwin, kamu terluka parah. Jangan banyak bergerak. Aku akan meminta bantuan ke tetangga untuk mengantarmu ke rumah sakit.

Erwin : Tak perlu! Enyahlah kau dari rumah ini. Aku akan menceraikanmu!

Rana : Mas! (Sejenak menatap mata Erwin lekat-lekat) (lalu keluar meminta bantuan tetangga)

Erwin : Hei, sudah kubilang tak perlu. Percuma kau lakukan itu, aku tetap akan menceraikanmu.

Rana : (Rana tak memperdulikan ucapan Erwin) (Terus melangkah keluar)

Ferre : Sungguh, sebenarnya yang pantas menyandang sebutan laki-laki biadab adalah kau. Kurang baik apa istrimu ini? hanya karena satu kesalahan lantas kau tak memaafkanya, bahkan akan menceraikanya. Tak sepantasnya memang Rana bersanding denganmu, laki-laki biadab.

Erwin : Jaga mulutmu, wahai laki-laki perusak rumah tangga orang! Kaulah penyebab ini semua!

Ferre :Laki-laki perusak rumah tangga orang? Tadi lai-laki biadab? Lantas akan kau sebut apa lagi aku? Apa kurang porsi pukulanku tadi? Kamu mau nambah? (menyilangkan kedua tangan di antara dada dan perutnya)

Erwin : Hahaha. Kau meremehkanku ya. Kau tahu aku ini siapa bukan? Aku polisi!

Ferre : Lantas, memangnya kenapa kalau kau polisi? Aku tak pernah takut dengan siapa pun?

Erwin : (Susah payah bangkit dan berdiri) (sejenak menatap tajam wajah Ferre) kau bakal tahu rasa! (berjalan dengan sempoyongan menuju sebuah meja kayu, kemudian mengambil sesuatu dari dalam laci)

SUASANA BERUBAH MENJADI HENING NAMUN MENCEKAM. FERRE TAK BERKUTIK DAN HANYA BISA DIAM DITEMPAT DENGAN RAUT WAJAH TERCENGANG. MATANYA TERBELALAK HAMPIR KELUAR SAAT MELIHAT ERWIN MENODONGKA PISTOL KE ARAHNYA.

Erwin : Hahaha. Kenapa kau jadi tegang seperti itu? Santai saja.

Ferre : Apa yang akan kau lakukan? Jangan gila kau! (sambil mengangkat kedua tangan)

Erwin : Hahaha, itu masalahmu. Masalahmu, kau berurusan dengan orang gila sekarang.

Ferre : Kau akan masuk penjara jika menembakku. Cepat turunkan pistol itu lalu letakkan kembali di meja!

Erwin : Kau banyak bicara! Pergilah ke neraka! (sambil mengarahkan mulut pistol tepat ke kepala Ferre) (Kemudian menembaknya)

DORRRR!!! TERDENGAR SUARA TEMBAKAN MENGGELEGAR MEMECAH KEHENINGAN. TAK LAMA KEMUDIA RANA KEMBALI DENGAN BEBERAPA ORANG TETANGGA DI BELAKANGNYA. MEREKA SEMUA SONTAK TERPERANGAH KAGET. BEGITU PULA DENGAN ERWIN. ERWIN KALUT DAN BINGUN HARUS BERBUAT APA LAGI. EMOSINYA TERLANJUR MELEDAK-LEDAK.

Rana : Mas! Apa yang kamu lakukan? (sambil kembali menangis)

Erwin : Maafkan aku. Tapi aku juga harus membunuhmu (sambil mengarahkan pistol ke dada sebelah kiri Rana) (lalu pelatuk pun ditekan) (Peluru menghempas dari dalam mulut pistol meluncur cepat menghujam tetap di jantung Rana)

Rana : Mas Erwin! (jatuh terkapar bersimbah darah)

PARA TETANGGA HANYA BISA DIAM MEMBISU. BAHKAN BEBERAPA ADA YANG LANGSUNG KABUR SEJAUH MUNGKIN MENINGGALKAN RUMAH BERARAH ITU. KINI ERWIN MENGACUNGKAN PISTOLNYA KE KEPALANYA SENDIRI. DIA SUDAH BENAR-BENAR KALUT. SETAN-SETAN TELAH SEPENUHNYA MENGUASAI HATINYA DAN TINDAKANYA. IA MENCOBA BUNUH DIRI.

Erwin : Tenang saja aku tidak akan membunuh kalian (bicara dengan tetangga yang masih diam di tempat dengan mulut pistol masih menempel di kepalanya) (tak lama kemudia pelatuk pistol kembali ia tekan)

-Tamat-








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By