Breaking News

Minggu, 07 Desember 2014

Peiningkatan Apresiasi Unsur Pembacaan Puisi


PENINGKATAN APRESIASI

UNSUR PEMBACAAN PUISIDENGAN VIDEO CRITIC MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL SISWA KELAS VII

Ainun Nusroh, Nas Haryati S., dan Deby Luriawati N.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Bahasa dan Sastra Indonesia

ainunbintahusein@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mengapresiasi unsur pembacaan puisi siswa kelas VII-F SMP Negeri 1 Kedungwuni. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan nontesyang selanjtnya data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Dari hasil penelitian, menunjukkan adanya peningkatan sebesar 23,5 % dari 63 pada siklus I menjadi 77,8 pada siklus II. Siswa juga menjadi lebih antusias selama proses pembelajaran.

Kata Kunci: apresiasi pembacaan puisi, teknik video critic, media audiovisual

Abstract

The research purposed to improve skill in apreciating element of poetry reading of students VII grades in SMP Negeri 1 Kedungwuni. The research method has used classroom action research. Collecting the data has used test technique and non-test, then the data has been analysed by using qualitative and quantitative method. The result of research showed that there was improvement as big as 23,5% of cycle I 63 became 77,8 in cycle II. Students also were more enthusiastic during leraning process Key word: appreciating of poetry reading, video critic technique, and audiovisual media




PENDAHULUAN

Pembelajaran sastra, khususnya puisi sampai saat ini masih menghadapi masalah, yaitu hasil belajar siswa yang masih di bawah kategori baik. Permasalahan tersebut disebabkan pada saat membahas puisi, peserta didik lebih banyak diberikan materi mengenai pengertian puisi dan jenis-jenis puisi dibanding memberikan siswa pengalaman bersastra, misalnya mengapresiasi unsur pembacaan puisi secara langsung. Hal ini tidak sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang tidak hanya menuntut penguasaan materi tapi juga dibutuhkan praktik agar pembelajaran lebih bermakna.

Kenyataan di atas juga terjadi pada siswa kelas VII-F SMP Negeri 1 Kedungwuni. Keterampilan siswa kelas VII-F SMP Negeri 1 Kedungwuni dalam mengapresiasi unsur pembacaan puisi masih belum mencapai batas ketuntasan minimal yang diinginkan sebesar 75. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadapguru bahasa dan sastra Indonesia SMP Negeri 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan diperoleh keterangan bahwa di antara pembelajaran sastra yang lainnya, pembelajaran apresiasi unsur pembacaan puisi kurang diminati siswa. Rendahnya minat siswa terhadap apresiasi unsur pembacaan puisi disebabkan siswa mengalami kesulitan untuk mendapatkan imajinasi dari menikmati puisi. Kesulitan itu terjadi karena ketika menikmati puisi memerlukan ketekunan dan konsentrasi pikiran.

Selain itu, pembelajaran yang dilakukan oleh guru terlalu banyak menggunakan metode ceramah. Peserta didik lebih banyak menerima teori-teori tentang apresiasi unsur pembacaan puisi daripada diajak untuk mengapresiasi unsur pembacaan puisi secara langsung. Hal tersebut membuat siswa kurang mempunyai pengalaman dalam mengapresiasi unsur pembacaan puisi. Masalah lain yang dihadapi adalah guru belum menggunakan media yang inovatif dalam membelajarkan apresiasi unsur pembacaan puisi yang dapat membangkitkan semangat, minat, dan mempermudah peserta didik mengenai materi yang diajarkan.

Dari uraian di atas, peneliti mencoba untuk mengatasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan media yang masih kurang dan perhatian siswa yang belum bisa terfokus terhadap pembacaan puisi. Peneliti memanfaatkan media audiovisual dalam pengajaran keterampilan apresiasi unsur pembacaan puisi. Media audiovisual ini dipilih karena dalam menyimak unsur pembacaan puisi siswa harus melihat dan mendengar pembacaan puisi secara langsung yang nantinya diharapkan dapat membantu siswa dalam mengapresiasi unsur pembacaan puisi.

Di samping pemanfaatan media, perlu adanya teknik pembelajaran yang menuntut siswa untuk fokus dan konsentrasi terhadap materi yang sedang disimak, dalam hal ini adalah pembacaan puisi. Teknik video critic digunakan oleh peneliti yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan siswa yang kurang dapat terfokus terhadap materi yang sedang disimak. Teknik ini menuntut siswa untuk lebih berkonsentrasi terhadap bahan simakan kemudian memberikan komentar terhadap hal yang telah disimak. Namun, guru juga harus tetap mengatur dan mengelola kelas agar proses kegiatan menyimak dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Penelitian ini mengkaji dua masalah yaitu (1) bagaimana peningkatan keterampilan mengapresiasi unsur pembacaan puisi dengan teknik video criticmelalui media audiovisual pada siswa kelas VII-F SMP Negeri 1 Kedungwuni dan (2) bagaimana perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran mengapresiasi unsur pembacaan puisi dengan teknik video criticmelalui media audiovisual pada siswa kelas VII-F SMP Negeri 1 Kedungwuni.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui (1) peningkatan keterampilan mengapresiasi unsur pembacaan puisi dengan teknik video criticmelalui media audiovisual pada siswa kelas VII-F SMP Negeri 1 Kedungwuni dan (2) perubahan perilaku siswa dalam mengapresiasi unsur pembacaan puisi dengan teknik video criticmelalui media audiovisual pada siswa kelas VII-F SMP Negeri 1 Kedungwuni.

Penelitian mengenai apresiasi unsur pembacaan puisi belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, namun ada beberapa penelitian yang sedikit berkaitan dengan penelitian ini, antara lain penelitian Ryan (1998) mengenai peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan media film, Marlina (2007)yang melakukan penelitian menyimak puisi menggunakan mediaaudiovisual dengan komponen masyarakat belajar. Selain itu, Firmawanti (2007)juga melakukan penelitian serupa yaitu menyimak puisimenggunakan media audiovisual. Penelitian lain dilakukan oleh Qomariyah (2010) menggunakan latar pembacaan puisi untuk mengapresiasi puisi. Sedangkan Hani (2011) membahas mengenai memerankan drama dengan teknik video critic.

Berdasarkan beberapa penellitian di atas, penelitian lebih banyak membahas tentang apresiasi puisi dari segi isi bukan pembacaan puisi. Jadi, dapat dikatakan bahwa apresiasi unsur pembacaan puisi belum pernah dilakukan.

Tarigan (dalam Nadeak 1985:45) memberi batasan bahwa apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas sadar serta kritis. Kegiatanapresiasi sastra khususnya puisi, tidak selalu menilai tentang isi puisi tersebut, namun juga dapat menilai apresiasi puisi berdasarkan unsur pembcaannya. Apresiasi unsur pembacaan puisi merupakan proses menyimak atau mendengarkan pembacaan puisi yang bertujuan untuk menikmati dan memberikan penilaian terhadap pembacaan puisi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Doyin (2008:73) unsur-unsur pembacaan puisi yang dapat diapresiasiantara lain pemahaman, penghayatan (pemenggalan, nada dan intonasi, ekspresi, dan kelancaran), vokal (kejelasan ucapan, jeda, dan ketahanan), dan penampilan (teknik muncul, blocking, gerakan tubuh, dan cara berpakaian).

Teknik video criticdipilih peneliti diambil dari buku Active Learning oleh Silbermen (2009:124-125). Silbermen berpendapat bahwa tujuan teknik video critic agar lebih aktif.Langkah-langkah teknik video critic meliputi: (1) beritahukan kepada siswa bahwa mereka mengulas secara kritis video tersebut, (2) minta mereka untuk mencatat segala sesuatu yang terjadi selama video tersebut berlangsung, (3) bentuk kelompok, (4) tiap kelompok mencatat dan mendiskusikan apa saja yang telah mereka peroleh pada saat menonton video, (5) tiap kelompok memaparkan tentang apa telah yang mereka diskusikan, dan (6) membahas bersama-sama video tersebut sambil sesekali menayangkan ulang video agar pembahasan lebih nyata.

Media yang digunakan yaitu media audiovisual. Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar (Djamarah 2006:124). Salah satu contoh dari media audiovisual adalah film dan video. Film dan video dapat menggambarkan suatu objek bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara sesuai.

Secara umum, langkah pembelajaran mengapresiasi pembacaan puisi dengan teknik video criticmelalui media audiovisual sebagai berikut: 1) guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari; 2) guru meminta anak untuk fokus memperhatikan pembacaan puisi dan memperhatikan beberapa faktor, yang meliputi(a) pemenggalan, (b) nada dan intonasi, (c) ekspresi, (d) kejelasan ucapan, dan (e) gerakan tubuh; 3) guru menayangkan video pembacaan puisi; 4) guru meminta siswa untuk membentuk kelompok dan mendiskusikan cara pembacaan puisi dari video yang baru saja diputar; 5) perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya yang kemudian ditanggapi oleh kelompok lain; 6) hasil diskusi siswa dibahas bersama-sama sambil diputarkan video pembacaan puisi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, refleksi. Secara sistematis, tahap penelitian diterapkan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil dari siklus I juga dapat digunakan sebagai acuan pada pelaksanaan siklus II. Pada siklus II ini dilaksanakan sebagai penyempurnaan dari siklus I.

Subjek penelitian ini adalah keterampilan mengapresiasi unsur pembacaan puisi siswa kelas VII-F SMP Negeri 1 Kedungwuni. Variabel penelitian terdiri atas keterampilan mengapresiasi unsur pembacaan puisi dan teknik video critic dan media audiovisual. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes. Analisis data dilakukan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil tes siklus I keterampilan siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Kedungwuni dalam mengapresiasi unsur pembacaan puisi menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 63 atau berkategori cukup. Tidak ada siswa yang berhasil meraih kategori sangat baik dengan skor 85-100, kategori baik dengan skor 75-84 hanya dicapai oleh satu orang siswa atau sebesar 2,9 %. Kategori cukup dengan skor 60-74 dicapai 27 siswa atau sebesar 77,1 %, kemudian kategori kurang dengan skor 0-59 dicapai 7 siswa atau sebesar 20 %.

Dari hasil tes, diketahui bahwa sebagian besar siswa masih kurang paham dengan aspek pemenggalan serta nada dan intonasi pembacaan puisi. Sehingga perlu adanya penekanan terhadap kedua aspek tersebut sebagai bentuk perbaikan.

Sedangkan hasil nontes, perilaku positif siswa selama mengikuti proses pembelajaran apresiasi unsur pembacaan puisi hanya mencapai 56,8%. Persiapan siswa untuk menerima materi yang akan diajarkan hanya sebesar 54,5%, keseriusan siswa selama proses pembelajaran sebesar 73%, keaktifan siswa sebesar 30,3%, dan respons siswa terhadap media dan teknik yang digunakan sebesar 68,5%. Dari data nontes diketahui bahwa siswa persiapan dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran apresiasi unsur pembacaan puisi dengan teknik video critic melalui media audiovisual.

Berdasarkan hasil penelitian siklus I keterampilan mengapresiasi unsur pembacaan puisi nilai rata-rata siswa belum memenuhi target pencapaian nilai 75,00. Rata-rata perilaku siswa juga belum dapat dikatakan baik. Oleh karena itu, masih diperlukan siklus II guna memperbaiki hasil tes siswa pada siklus I yang belum mencapai nilai ketuntasan yang telah ditentukan.

Keterampilan mengparesiasi unsur pembacaan puisi siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Kedungwuni mengalami peningkatan pada siklus II. Terbukti dari nilai rata-rata yang sebelumnya hanya 63 atau berkategori cukup menjadi 77,8 yang berkategori baik dan telah mencapai batas ketuntasan minimal.

Peningkatan nilai rata-rata tampak pada tiap aspek pembacaan puisi yang akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut. Peningkatan pada aspek pemenggalan sebesar 34,6 %, dari nilai 55,7 pada siklus I meningkat pada siklus II menjadi 75.Rata-rata aspek nada dan intonasi pada siklus I hanya 51,4 meningkat menjadi 75 pada siklus II. Secara persentase peningkatan aspek kedua ini sebesar 45,9 %. Peningkatan sebesar 20,9 % terjadi pada aspek ekspresi, pada siklus I sebesar 65 menjadi 78,6. Kemudian, nilai rata-rata aspek kejelasan ucapan meningkat sebesar 5,8 % dari 72,9 pada siklus I meningkat menjadi 77,1 pada siklus II.Aspek yang terakhir yaitu aspek gerakan tubuh. Peningkatannya sebesar 22,4 %, dari siklus I yang rata-ratanya sebesar 70 menjadi 85,7 pada siklus II.

Hasil nontes siklus II juga menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa ke arah positif. Persiapan siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran sebesar 95,3% menjadi lebih baik dari siklus I yang hanya sebesar 54,5%. Keseriusan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sangat baik yaitu sebesar 97 % sedangkan persentase siklus I sebesar 73%.Kemudian keaktifan siswa meningkat pesat dari 30,3% menjadi 75%. Bahkan respons siswa terhadap media dan teknik yang digunakan pun persentasenya mencapai 100 %.

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa perilaku positif siswa kelas VII F selama mengikuti prosess pembelajaran mengapresiasi unsur pembacaan puisi makin meningkat. Hal itu terbukti dari berkurangnya perilaku negatif siswa dan berubah ke arah perilaku positif.

Nilai rata-rata keterampilan mengapresiasi unsur pembacaan puisi kelas VII-F SMP Negeri 1 Kedungwuni pada siklus I sebesar 63 atau berkategori cukup. Jadi, nilai rata-rata kelas belum mencapai batas ketuntasan minimal. Kesulitan siswa untuk menuliskan alasan yang tepat dan sesuai dengan pembacaan puisi menjadi salah satu faktor masih rendahnya nilai rata-rata siswa.

Berdasarkan observasi pada siklus I, perilaku siswa dapat dikatakan masih negatif. Siswa yang belum siap dengan materi yang diajarkan, masih banyak berbicara dengan temannya, beberapa siswa juga terlihat masih canggung jika ingin bertanya dengan guru.

Hasil jurnal siswa pada siklus I diketahui bahwa siswa tertarik dengan pembelajaran yang berlangsung. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung berbeda dengan kegiatan pembelajaran yang biasanya. Materi yang diajarkan juga menambah pengetahuan siswa untuk dapat belajar menjadi pembaca puisi yang baik.

Berdasarkan hasil wawancara siklus I siswa senang dengan pembelajaran yang telah berlangsung karena menarik dan tidak membosankan. Meskipun ada siswa yang menyatakan bahwa penjelasan yang disampaikan guru terlalu cepat sehingga kurang dapat dipahami.

Hasil dokumentasi foto menunjukkan siswa kurang serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini menyebabkan hasil pekerjaan siswa kurang maksimal.

Berdasarkan hasil tes dan nontes siklus I, keterampilan siswa kelas VII-F dalam mengapresiasi unsur pembacaan belum mencapai target yang diinginkan. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa diperlukan perbaikan pada siklus II sehingga hasil yang dicapai dapat lebih baik. Tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya perbaikan pada siklus II, yaitu 1) guru kembali menjelaskan aspek-aspek pembacaan puisi dan diberikan penekanan pada aspek yang mendapat nilai paling rendah, 2) meminta siswa untuk menuliskan alasan yang lebih lengkap dan jelas, dan 3) menayangkan video pembacaan puisi yang berbeda dengan siklus I.

Dari perbaikan proses pembelajaran pada siklus II tersebut, hasil tes mengapresiasi unsur pembacaan puisi menunjukkan peningkatan. Nilai rata-rata siswa kelas VII-F sebesar 77,8 dan telah mencapai KKM yang ditentukan yaitu 75. Siswa sudah dapat mengapresiasi unsur pembacaan puisi yang terdiri atas (1) pemenggalan, (2) nada dan intonasi, (3) ekspresi, (4) kejelasan ucapan, dan (5) gerakan tubuh.

Peningkatan nilai rata-rata tiap aspek keterampilan mengapresiasi unsur pembacaan puisi pada siklus I dan siklus II siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Kedungwuni akan dijelaskan lebih rinci di bawah ini

Peningkatan pada aspek pemenggalan sebesar 34,6 %, dari nilai 55,7 pada siklus I meningkat pada siklus II menjadi 75. Rata-rata aspek nada dan intonasi meningkatsebesar 45,9% dari 51,4 pada siklus I menjadi 75 pada siklus II. Aspek ekspresi terjadi peningkatan sebesar 20,9 % dari siklus I sebesar 65menjadi 78,6 pada siklus II. Peningkatan nilai rata-rata aspek kejelasan ucapan dari siklus I menuju siklus II sebesar 5,8 %, dari 72,9menjadi 77,1. Aspek gerakan tubuh peningkatannya sebesar 22,4 %, dari siklus I sebesar 70 menjadi 85,7 pada siklus II.

Berdasarkan hasil nontes berupa observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto siklus II. Perilaku siswa yang negatif berubah ke arah positif. Jika pada siklus I siswa belum siap menerima materi yang akan diajarkan, berbeda dengan siklus II yang menunjukkan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran apresiasi unsur pembacaan puisi. Pemberian informasi mengenai materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya menimbulkan siswa lebih siap pada pembelajaran siklus II. Sikap pasif siswa pada siklus I juga sudah tidak tampak pada siklus II. Ice breaking yang diberikan oleh guru pada kegiatan awal siklus II dapat mencairkan suasana dan mendekatkan hubungan antara guru dan siswa.

Perbandingan perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II berdasarkan hasil observasidipaparkan sebagai berikut.

Secara umum persiapan siswa sebelum mengikuti kegiatan pembelajaranmeningkat sangat pesat mencapai 108 %. Pada siklus I semua siswa masih kaget dan bingung dengan kehadiran guru yang berbeda dengan biasanya sehingga keadaan kelas sangat gaduh. Namun, pada siklus II kedaan tersebut dapat diatasi dengan pemberian informasi mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya sehingga siswa jauh lebih siap pada siklus II.

Pada siklus I persentase keseriusan siswa sebesar 220 % dan meningkat sebanaya 68 % menjadi 288% pada siklus II. Hal tersebut dikarenakan materi yang belum dipahami siswa pada siklus I kembali ditekankan pada siklus II sehingga siswa penjelasan guru diperhatikan dengan baik oleh siswa. Ketika pemutaran video pembacaan puisi, siswa juga menyimak dengan seksama.

Dari siklus I menuju siklus II keaktifan siswa meningkat sebesar 135 %. Materi-materi yang belum dipahami siswa mendorong siswa untuk bertanya kepada guru, sehingga kondisi kelas lebih hidup. Siswa juga berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Secara keseluruhan respons siswa terhadap media dan teknik yang digunakan juga meningkat sebesar 63 %. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan serius. Hal tersebut dikarenakan pemberian teks puisi yang dapat membantu siswa dalam menegerjakan tugas.

Berdasarkan jurnal guru pada siklus I, pembelajaran mengapresiasi unsur pembacaan puisi pada siklus I kondisi kelas VII F masih belum siap dan kondisi kelas belum terlalu kondusif dan tenang. Siswa juga cenderung pasif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Namun, pada siklus II persiapan siswa lebih baik jika dibandingkan dengan siklus I. Perubahan perilaku siswa tampak pada keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran apresiasi unsur pembacaan puisi. Siswa juga lebih serius ketika mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sehingga kondisi kelas lebih tenang.

Hasil jurnal siswa pada siklus I dan siklus II diketahui bahwa siswa tertarik dengan pembelajaran yang berlangsung. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung berbeda dengan kegiatan pembelajaran yang biasanya dan tidak membosankan. Materi yang diajarkan juga menambah pengetahuan siswa untuk dapat belajar menjadi pembaca puisi yang baik.

Berdasarkan hasil wawancara siklus I siswa senang dengan pembelajaran yang telah berlangsung karena menarik dan tidak membosankan. Siswa juga mengaku tertarik untuk belajar mengenai pembacaan puisi. Meskipun ada siswa yang menyatakan bahwa penjelasan yang disampaikan guru terlalu cepat sehingga kurang dapat dipahami. Sedangkan wawancara pada siklus II diketahui bahwa materi yang disampaikan oleh guru sudah dapat dipahami oleh siswa.

Jadi, berdasarkan hasil observasi, hasil jurnal guru dan siswa, dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pembelajaran apresiasi unsur pembacaan puisi dengan teknik video critic melalui media audiovisual berjalan dengan lancar dan kondusif. Permasalahan yang ada pada siklus I dapat diatasi pada siklus II.

Dari pembahasan sebelumnya diketahui bahwa nilai rata-rata keterampilan mengapresiasi unsur pembacaan puisi siswa kelas VII-F SMP Negeri 1 Kedungwuni mengalami peningkatan sebesar 23,5 %. Pada siklus I nilai rata-rata kelas hanya mencapai 63 meningkat menjadi 77,8 pada siklus II. Permasalahan atau kekurangan yang ada pada siklus I dapat diatasi pada siklus II. Misalnya pada siklus I siswa masih belum memahami materi mengenai unsur pembacaan puisi, namun pada siklus II siswa dapat memahami kelima aspek pembacaan puisi dengan baik setelah guru menjelaskan lebih mendalam dari kelima aspek pembacaan puisi tersebut.

Perilaku siswa yang negatif pada siklus I juga berubah ke arah positif pada siklus II. Jika pada siklus I siswa belum siap menerima materi yang akan diajarkan, berbeda dengan siklus II yang menunjukkan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran apresiasi unsur pembacaan puisi. Pemberian informasi mengenai materi yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya menimbulkan siswa lebih siap pada pembelajaran siklus II. Sikap pasif siswa pada siklus I juga sudah tidak tampak pada siklus II. Ice breaking yang diberikan oleh guru pada kegiatan awal siklus II dapat mencairkan suasana dan mendekatkan hubungan antara guru dan siswa.

Berdasarkan perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengapresiasi unsur pembacaan puisi pada siklus II lebih tertib dan teratur. Pemanfaatan media audiovisual dapat memberikan pengalaman yang lebih terhadap siswa karena selain siswa belajar mengapresiasi unsur pembacaan puisi, siswa juga dapat belajar menjadi seorang pembaca puisi yang baik. Perubahan perilaku siswa juga memberikan pengaruh cukup baik terhadap nilai tes. Keseriusan dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran menjadikan siswa lebih mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan siswa. Hal ini terbukti dari peningkatan rata-rata nilai tes keterampilan siswa mengapresiasi unsur pembacaan puisi dari siklus I ke siklus II dan perubahan perilaku siswa ke arah positif.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa kelas VII-F SMP Negeri 1 Kedungwuni dalam mengapresiasi unsur pembacaan puisi mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik video critic melalui media audiovisual. Perilaku siswa juga berubah ke arah positif selama mengikuti proses pembelajaran apresiasi unsur pembacaan puisi dengan teknik video critic.

Saran yang peneliti berikan kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia kiranya dapat memanfaatkan teknik video critic untuk menciptakan suasana belajar yang berbeda dan menarik bagi siswa dan para peneliti di bidang pendidikan atau peneliti lain hendaknya dapat melakukan penelitian yang serupa dengan strategi, teknik, atau metode pembelajaran yang lain sehingga didapatkan alternatif lain untuk pembelajaran mengapresiasi unsur pembacaan puisi.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Doyin, Mukh. 2008. Seni Baca Puisi (Persiapan, Pelatihan, dan Pementasan, dan Penilaian). Semarang: Bandungan Institute.

Firmawanti, Magfiroh. 2007. “Peningkatan Keterampilan Menyimak Puisi dengan Media Audio Siswa Kelas VII D SMP Islam Ngadirejo Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2006/2007”. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.

Hani, Rahmat Rizqy. 2011. “Peningkatan Keterampilan Memerankan Drama Menggunakan Metode Video Critic dan Media Musik Instrumental pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2010/2011”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Marlina, Ice. 2007. “Peningkatan Keterampilan Menyimak Puisi Menggunakan Media Audiovisual dengan Komponen Masyarakat Belajar pada Siswa Kelas VII-B SMP Islam Al-Kautsar Semarang Tahun Ajaran 2006/2007”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Nadeak, Wilson. 1985. Pengajaran Apresiasi Puisi untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Bandung: CV. Sinar Baru.

Qomariyah, U’um. 2010. “Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Melalui Latar Pembacaan Puisidalam Video Compact Disk (VCD) pada Siswa SMA Negeri 15 Semarang”. journal.unnes.ac.id diunduh pada 25 Maret 2012, pukul 10.15 WIB.

Ryan, Stephen. 1998. “Using Film to Develop Learner Motivation”. The Internet TESL Journal, Vol. IV No. 11, November. Diunduh pada 20 Maret 2012, pukul 10.30 WIB.

Silberman, Mel. 2009. Active Learning. Diterjemahkan oleh Komaruddin Hidayat. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By