Breaking News

Senin, 14 September 2020

Media Pembelajaran Inovatif Berbasis IT di Era Pembelajaran Jarak Jauh


Oleh: Fuad akbar Adi, S.Pd., Gr.
Covid-19 telah berhasil memaksa lembaga pendidikan di Indonesia untuk masuk dengan segera ke pembelajaran daring (online). Sejak Mendikbud mengeluarkan Surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 agar seluruh kegiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun kampus perguruan tinggi menggunakan metode daring  sebagai upaya pencegahan terhadap perkembangan dan penyebaran Covid-19, banyak sekali kisah menarik, lucu, maupun sedih yang terjadi dalam proses belajar dengan metode daring ini.

Namun pada dasarnya, pendidikan di Indonesia masih gagap menghadapi perubahan dinamika pembelajaran yang cukup ekstrem ini. Hal ini banyak difaktori oleh kekurangan maupun ketidakmampuan pendidik dalam menggunakan media pembelaran berbasis IT yang notabene merupakan mesin penggerak dalam proses pembelajaran daring.

Secara serentak di hampir seluruh kota Indonesia, sekolah dan perguruan tinggi harus memberlakukan pembelajaran daring. Namun pasti kualitasnya tidak akan sama. Secara garis besar setidaknya terdapat 4 kelompok pendidik yang saat ini sedang memanfaatkan teknologi dan pedagogi sebagai sarana untuk pembelajaran daring, yang masing- masing akan menyajikan kualitas pengalaman belajar yang berbeda-beda.

Kelompok 1

Pendidik di kelompok ini melakukan pembelajaran daring sebatas mengirim bahan ajar melalui media sosial yang populer seperti Whatsapp (WA) atau melalui email. Ini biasanya dilakukan oleh pendidik yang masih gagap terhadap teknologi dan terbatas dalam pemahaman pedagoginya. Batas kemampuan mengajar dengan menggunakan teknologi hanya sebatas berkomunikasi di media sossial sekelas WA. Sebagai akibatnya pengalaman sekolah yang sangat beragam hanya tergantikan oleh komunikasi melalui WA atau email. Ini tentunya dapat membuat peserta belajar merasa bosan dan sangat merasakan kehilangan suasana sekolah seperti yang mereka nikmati sebelumnya.

Kelompok 2

Pendidik di kelompok yang kedua ini melakukan pembelajaran melalui platform seperti Moodle, Edmodo, Google Classroom, Schoology atau platform lain yang sejenis. Pendidik di level 2 paham tentang LMS (Learning Management System) dan dapat memanfaatkan fitur-fitur yang ada misalnya untuk melakukan kuis. Namun demikian komunikasinya yang terjadi masih sebatas bertukar catatan saja dan tidak ada interaksi yang langsung secara verbal, atau secara verbal dan visual sekaligus misalnya melalui video call. Peserta didik mungkin akan merasakan sebuah pengalaman baru dan berbeda untuk beberapa saat namun dalam jangka panjang bila hanya seperti ini saja maka peserta belajar akan kehilangan suasana sosial dalam belajar.

Kelompok 3

Pendidik di kelompok ini sanggup mengelola pembelajaran melalui platform LMS (Learning Management System) seperti di atas dan memahami pentingnya Cooperative Learning yang  mengkurasi bahan ajar yang terdapat di internet seperti di Ruangguru, Zenius dll. serta secara sengaja menciptakan interaksi langsung yang terjadwal dengan peserta didik secara sinkron melalui media Google Meet maupun Zoom. Di kelompok ini pendidik dengan peserta didik berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan mendengar suara, atau suara dan gambar walaupun itu dilakukan melalui teknologi. Untuk para pendidik yang masuk di kelompok 3 ini interaksi sosial menjadi agenda dari rencana pembelajaran. Oleh karena itu seyogianya pendidik yang masuk di dalam kelompok 3 ini menjadi syarat minimum untuk menjadi pendidik di dalam pembelajaran daring.

Kelompok 4

Pendidik di kelompok 4 ini melakukan pembelajaran daring seperti kelompok 3 namun mereka menambahkannya dengan instruksi belajar yang lebih bervariasi termasuk menjadikan dirinya sendiri sebagai sumber belajar dengan cara membagikan rekaman suara atau video yang diproduksi sendiri untuk keperluan pembelajaran daring. Pendidik dapat menghasilkan instruksi-instruksi yang memandu peserta didik untuk bisa melakukan collaborative learning dan experiential learning secara mandiri di tempat masing-masing.

Mereka terkoneksi dengan peserta didik dan bisa menghidupkan suasana belajar walau itu terjadi dalam jarak jauh dan bukan di dalam suasana sekolah. Mereka bisa memandu peserta didik untuk melihat rumahnya dan keluarganya sendiri sebagai sebuah laboratorium ilmu pengetahuan alam dan juga laboratorium untuk ilmu sosial. Peserta didik akan merasa bahwa belajar jarak jauh itu tidak terbatas hanya ketika mereka membaca, menonton, mencatat dan mengerjakan tugas di depan ponsel atau laptopnya. Peserta didik yang memiliki pendidik dari kelompok 4 ini adalah peserta didik yang beruntung karena ditengah pandemik yang memaksa mereka di rumah saja, mereka tetap dapat menikmati pengalaman belajar yang bermutu dan juga asyik.

Bagaimana caranya?

Sesuai uraian klasifikasi tersebut, untuk masuk ke dalam kelompok 4 pendidik perlu menguasai penggunaan media yang dapat mendukung terciptanya Learning Managemen System (LMS), Cooperative Learning, Collaborative Learning, dan Experiental Learning. Berikut adalah 4 media pembelajaran daring yang dapat menunjang pendidik dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang bermutu dan asyik.

1.      Google Classroom

Google Classroom merupakan layanan online gratis untuk sekolah, lembaga non-profit, dan siapa pun yang memiliki Akun Google. Bentuk dari GC sendiri yaitu berupa platform/wadah pembelajaran campuran yang dikembangkan oleh Google untuk sekolah yang bertujuan menyederhanakan pembuatan, pendistribusian dan penetapan tugas dengan cara tanpa kertas.

Pendidik dapat memanfaatkan GC sebagai Learning Managemen System (LMS), di mana GC akan menjadi kelas virtual yang menjadi wadah bagi pendidik dalam mengelola kelas serta sebagai sarana interaksi dengan peserta didik dalam sebuah pembelajaran daring.

Fitur-fitur menrik dari Google Classroom bagi pendidik seperti dapat melihat tugas di halaman tugas, di aliran kelas, atau di kalender kelas. Semua materi kelas otomatis disimpan dalam folder Google Drive. Selain itu, Google Classroom memungkinkan alur komunikasi antara pendidik  dengan peserta didik atau antarpeserta didik lebih efektif. Pendidik dapat membuat tugas, mengirim pengumuman, dan memulai diskusi kelas secara langsung. Peserta didik dapat berbagi materi antara satu sama lain dan berinteraksi dalam aliran kelas atau melalui email. Pendidik juga dapat melihat dengan cepat siapa saja yang sudah dan belum menyelesaikan tugas, serta langsung memberikan nilai dan masukan real-time. Yang tak kalah penting, Google Classroom terjangkau dan aman yang disediakan gratis untuk sekolah, lembaga nonprofit, dan perorangan serta tidak berisi iklan dan tidak pernah menggunakan konten pengguna atau data peserta didik untuk tujuan periklanan.

2.      Google Meet

Google Meet adalah produk dari Google yang merupakan layanan komunikasi video yang dikembangkan guna menunjang pertemuan maupun rapat secara virtual. Google Meet dapat digunakan oleh pendidik dalam pembelajaran berbasis Cooperative Learning meskipun tanpa bertatap muka secara langsung.

Cara kerja Google Meet pada dasarnya sama dengan media telekonferensi, di mana pendidik beserta peserta didik dapat bertatap muka dan saling berinteraksi secara audiovisual. Dengan begitu, pendidik dapat memanfaatkan fitur tersebut untuk mengajak peserta didik lebih kooperatif lagi dalam pembelajaran.

Selain bertatap muka pada Google Meet juga terdapat fitur presentasi yang memungkinkan pendidik memaparkan materinya dan disimak langsung oleh peserta didik. Media presentasinya pun tidak dibatasi, dapat berupa power point, gambar, maupun video sehingga dengan begitu peserta didik tetap merasa seperti sedang melakukan pembelajaran seperti biasanya. Di fitur presentasi ini tidak hanya pendidik sebagai admin saja yang dapat melakukan presentasi, peserta didik pun dapat melakukannya dengan begitu model KBM berbasis Cooperative Learning sangat mungkin sekali diimplementasikan menggunakan media Google Meet ini.

3.      Google Form

Google form adalah layanan dari Google yang memungkinkan pendidik untuk membuat survei kuis, tanya jawab dengan fitur formulir online yang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan.  Penggunaan Google Form ini lebih dikhususkan sebagai alat evaluasi dalam menilai sejauh mana pserta didik memahami materi pada pembelajaran nyang telah diajakankan oleh pendidik.

Bentuk instrumen penilaian melalui Google Form juga beragam karena memang banyak opsi yang dapat digunakan. Pendidik dapat membuat intrumen penilaian pengetahuan melalui kuis baik itu yang sifatnya pilihan ganda, kotak centang, maupun uraian singkat dan panjang. Untuk intrumen penilaian keterampilan pendidik dapat membuat formulir yang dapat digunakan peserta didik untuk mengirimkan foto maupun video. Misal dalam pembelajaran prakarya peserta didik ditugasi membuat kesenian origami, maka hasil karya dapat diunggah dalam bentuk foto. Pun demikiann dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, peserta didik ditugasi praktik berpidato maka hasil pidato dapat dikirikan peserta didik dalam bentuk video ke Google Form.

Penggunaan Google Meet sebagai alat evaluasi cukup efektif dalam kondisi pembelajaran jarak jauh ini. Hasil kiriman tugas maupun pengerjaan kuis dari peserta didik akan langsung terekam dan dapat diunduh dalam bentuk Microsoft Excel. Sehingga memudahkan pendidik dalam mengarsipan tugas-tugas. Ditambah adanya fitur tenggat waktu yang dapat dijadikan sebagai batas pengumpulan tugas.

4.      Youtube

Youtube merupakan sebuah platform yang dapat memungkinkan pendidik menggunggah media pembelajaran untuk diguanakan peserta didik sebagai sarana pembelajaran jarak jauh.  Penggunaa Youtube sebagai media pembelajaran jarak jauh ini adalah bagian dari upaya pendidik memberikan variasi maupun inovasi guna menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mengassyikan. Pada dasarnya konten pembelajaran yang disajikan dalam Youtube berupa media audiovisual. Pendidik dapat memproduksi sebuah video yang berisikan materi pembelajaran yang dikemas dengan menarik.

Ada banyak variasi pembuatan video yang dapat Pendidik unggah pada media Youtube, antara lain sebagai berikut:

a.       Rekam Layar

Pendidik dapat merekam materi yang telah dibuat dalam bentuk Power Point (PPT) beserta penjelasanya melalui aplikasi rekam layar. Jadi konten di dalam video tersebut adalah berupa pemaparan PPT beserta penjelasan dari pendidik itu sendiri. Biasanya terdiri dari dua layar, layar pertama yang ukuran besar untuk menampilkan PTT danlayar kecil yang terletak di pojok untuk menampilkan gambar pendidik saat menjelaskan mkateri PPT tersebut.

b.      Rekaman Video

Rekaman video adalah cara termudah nuntuk membuat konten video pembelajaran karena hanya memerlukan Pendidik sebagai subjek yang menjelaskan materi dan direkam menggunakan kamera. Pendidik dapat mencari tempat yang dirasa representatif untuk menjelaskna materi sehingga terdapat nuansa yang menarik bagi anak. Selain itu perlu juga adanya editing video dan teknik pengambilan gambar yang baik supaya kemasan video dapat enak untuk disimak.

c.       Rekaman Video dengan Latar Greenscreen

Video pembelajaran ini termasuk yang sedang banyak diminati karena tampilannya yang menarik. Ruang Guru adalah salah satu platform yang memopulerkan penggunaan video pembelajaran dengan latar greenscreen. Jadi Pendidik akan merekam pembelajaran dengan latar warna hijau lalu di proses editing video latar tersebut akan diubah menjadi latar berbentuk animasi. Biasanya juga disertai teks animasi juga sebagai alat bantu penjelas ketika pendidik sedang menjelaskan materi. Pembuatan video seperti ini memang cukup rumit karena memerlukan keterampilan editing video. Namun hasil video yang tercipta akan sangat menarik bagi peserta didik. Aplikasi editing video yang cocok untuk pembuatan video greenscreen antara lain Filmora, Kine Master, Viva Pro dll.

d.      Video Animasi

Penggunaan video animasi juga dapat dijadikan sebagai alternatif pembuatan video pembelajaran jarak jauh. Sifatnya yang eye catching dengan berbagai warna, gambar, dan tulisan menarik tentu saja akan meningkatkan minat peserta didik dalam menyimak materi pembelajaran yang dipaparkan oleh pendidik. Salah satu platform pembuat media pembelajaran berbentuk animasi yang popular adalah Powtoon. Melalui Powtoon pendidik dapat membuat video animasi dengan mudah karena fitur-fitur pembuatan animasinya sangat lengkap dan mudah dipahami. Selain teks, gambar, dan warna, pendidik juga dapat memasukan rekaman suara sebagai penjelasan materi maupun musik sebagai backsound ketika penyampaian materi.    

 

 


Read more ...
Designed By