Breaking News

Senin, 12 Januari 2015

Telaah Novel Supernova "Gelombang" Karya Dee

Oleh: Fuad Akbar Adi

Sinopsis:

Cerita dalam keping Gelombang bermula dengan kelanjutan perjalanan Gio dalam pencarian kekasihnya, Diva yang hilang di hutan belantara terpencil di jantung Amazon. Kelanjutan cerita yang dimulai sejak Akar itu adalah dimana Gio awalnya belum dapat menerima kenyataan mengenai hilangnya Diva, sampai akhirnya saat dia sedang berkeliling Plaza de Armas, Gio mendengar suara Diva berbisik, se acabá½¹, sudah berakhir. Di Cusco, Gio bertemu kembali dengan laki-laki misterius yang memberikannya empat buah batu di Vallegrande. Laki-laki itu memperkenalkan diri dengan nama Amaru. Dia menjelaskan mengenai arti batu-batu itu. Batu-batu itu mempresentasikan orang-orang penting yang harus Gio temukan agar semua misteri terungkapkan. Salah satu dari empat batu itu mempresentasikan diri Gio. Masih ada dua batu lagi yang entah di mana keberadaannya. Amaru memberi tahu bahwa Gio harus pergi ke Lembah Urumbaba dan menemui Madre Ayahuasca untuk menanyakan arti simbol pada batu-batu itu dan ingatan Gio pun akan terbuka. Secara kebetulan, beberapa saat sebelum Amaru datang, Paulo mengajaknya ke Lembah Urumbaba atau Sacred Valley untuk menyaksikan upacara Ayahuasca.

Sementara itu, di belahan dunia lain tepatnya di tanah Batak sebuah upacara godang merubah segalanya bagi anak berusia 12 tahun bernama Thomas Alfa Edison Sagala garis miring Uchon garis miring Alfa Sagala. Makhluk misterius yang dianggap sebagai penjelmaan malaikat dalam kepercayaan suku asli Batak disebut Si Jaga Portibi tiba-tiba muncul menghantuinya dan semenjak itu mimpi-mimpi yang Alfa anggap sebagai mimpi buruk selalu menghantuinya.. Orang-orang sakti berebut menginginkan Alfa menjadi murid mereka. Dihadapkan dalam beberapa pilihan, Alfa memutuskan untuk memilih Ompu Togu Urat, seorang dukun ternama di desanya sebagai guru yang akan membimbingnya. Namun perkiraan Alfa salah, ternyata Ompu Togu Urat merupakan pihak yang beniat untuk menyingkirkanya. Setelah melewati perlawanan hidup mati menghadapi Ompu Togu Urat, akhirnya Alfa beralih kepada Ompu Ronggur Panghutur yang notabene merupakan adik dari Ompu Togu Urat namun berada di pihak yang berbeda. Ompu Ronggur membekali Alfa dengan beberapa petunjuk yang membantu Alfa untuk menemukan jati dirinya.

Berkat kejadian-kejadian mencekam di desanya, Bapak Alfa memutuskan untuk mempercepat perantauan kelurganya ke Jakarta. Di Jakarta Alfa dibawa oleh salah satu kerabat dekatnya untuk merantau ke Amerika. Di Amerika Alfa tinggal di komplek apartemen para imigran gelap. Hidup di antara para mafia-mafia membuatnya terbiasa hidup penuh kekerasaan, namun keberadaan Alfa cukup disegani berkat ia berteman baik dengan Carlos, salah satu adik kesayangan pemimpin mafia dari Maksiko bernama Rodrigo.

Mohon maaf untuk menghindari spoiler bagi yang belum membaca saya akan mempercepat petualangan Alfa langsung ke Tibet. Di sana ia bertemu dengan Mr. Kalden yang merupakan seorang professor ahli dalam bidang kemimpian. Alam mimpinya ternyata menyimpan rahasia besar yang tidak pernah ia bayangkan. Di Lembah Yarlung, Tibet, jawaban mulai terkuak.

Analisis:

Sampai saat ini memang menurut saya novel Supernova yang terbaik tetap Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh mengingat pada novel itu dee lestari benar-banar total dalam menyuguhkan plot ceritanya. Semuanya tidak terduga, juxtaposisi yang brillian disuguhkan oleh Dee. Dimensi ruangnya berubah secara lembut dan halus, ketika cerita dalam cerita pembaca tidak merasakannya. Namun pada seri-seri berikutnya termasuk Gelombang memiliki plot yang hampir sama. Apalagi jika membandingkan Gelombang dengan Partikel, sulit sekali menemukan perbedaan plot antara kedua seri tersebut. Plotnya benar-benar sama yaitu menceritakan perjalanan hidup seorang anak yang berbeda dengan anak-anak lain di kampungnya. Kemudian berkat kejanggalan yang mereka miliki mereka terus berpetualang ke berbagai negara untuk menemukan jatidiri mereka.

Gelombang memberikan detail cerita yang bertele-tele. Namun saya tahu, bertele-tele adalah cara Dee untuk menjelaskan seperti apa karakter yang ia bangun, meskipun dalam bebarapa adegan ada yang benar-benar super bertele-tele seperti ketika ia bertemu dengan Nicky, tokoh yang menurut saya tidak penting namun terus setia mendampingi Alfa. Mungkin akan lain cerita jika kemudian Nicky dan Alfa menjalin hubungan asmara, tentu hal itu akan membuat peran Nicky makin penting. Namun kenyataannya tidak, perannya hanya sebagai pendamping Alfa yang perlu ditanyakan. Kenapa baru ada pemdamping Alfa ketika ia sudah dewasa padahal sejak Alfa memulai petualangan sejak kecil ia selalu sendiri tanpa perlu pendamping yang malah dalam carita ini merepotkan bagi Alfa sendiri.

Dalam adegan-adegan yang disuguhkan pada Gelombang juga memiliki “suatu” hal yang sama dengan Supernova lainya. Yaitu adanya semacam adaptasi dari cerita-cerita yang lain. Seperti adanya istilah “Peretas” dan “Ilfiltran”, kedua istilah itu mengingatkan saya dengan film “Terminator” yang dibintangi oleh Arnold. Dimana terdapat dua kubu yang memiliki kepentingan yang berbeda terhadap satu orang. Terminator jahat kala itu diseting untuk membunuh anak yang sudah menjadi targetnya sementara terminator baik yang diperankan Arnold bertugas untuk melindungi si anak yang menjadi target pembunuhan. Hal ini sama ketika Ompu Togu Urat sebagai seorang terminator yang jahat dan Ompu Ranggur Panghutur sebagai terminator yang baik, kemudian tokoh pemandu wisata Alfa sebagai terminator jahat dan Mr. Kalden sebagai terminator baik.

Dari segi tokoh, Alfa merupakan agen Supernova yang memiliki sifat paling tak manusiawi garis miring seperti alien. Bagaimana tidak? Hampir sepanjang hidupnya ia hanya tidur tidak lebih dari dua jam dalam sehari. Sebenarnya ada pelajaran yang dapat kita petik yaitu bagaimana kita memanfaatkan waktu tidur kita yang terlampau lama untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Akan tetapi contoh yang diberikan oleh Dee begitu absurd bagi manusia biasa. Alfa merupakan sosok manusia yang tangkas dan ulet. Hampir sama dengan tokoh-tokoh Supenova lainya kecuali Elektra yang paling beda dengan gaya polos dan jenakanya. Dan lagi-lagi jika dibandingkan dengan Partikel tokoh Alfa dan Zahra memiliki banyak kesamaan. Mereka memiliki sifat sebagai orang yang cerdas dalam arti yang lebih komprehensif. Kreatif, ambisius, keras kepala dan memiliki jalan berpikir yang penuh dengan resiko. Mungkin itu yang membuat saya kecewa dengan Gelombang karena kali ini Dee tidak memberikan suatu yang berbeda. Hampir sama dengan Partikel, hanya kedalam riset dari Gelombang yang menurut saya lebih bagus dan relevan. Sementara itu ada yang unik dari tokoh-tokoh dalam Gelombang kemunculan tiga tokoh pembangun Akar yaitu Ishtar, Bodhi, dan Kell dalam waktu, kejadian, keadaan, dan kepentingan berbeda. Nama itulah yang membuat Gelombang menarik karena seakan Gelombang bukan buku yang berdiri sendiri, tapi juga membutuhkan Akar sebagai kesatuan.

Dari segi setting, Gelombang menurut saya masih di bawah Akar dan Partikel. Akar dan Partikel selalu menyuguhkan keadaan, adat, pangalaman, dan filosofi yang sarat makna. Sedangkan Gelombang setting di Amerika merupaka plot terburuk dalam seri ini dimana banyak hal-hal yang membosankan dan tidak perlu berada dalam setting ini.

Selanjutnya dari segi gaya bahasa dan kebahasaan, meski tidak sesantai Petir, Gelombang punya vibe yang sama. Humor yang sama, karena itu membaca Gelombang itu mudah. Mudahnya Gelombang dibaca juga karena Dee tidak terlalu berlarut-larut menjelaskan soal teknik kepada pembaca. Beda dengan Partikel yang berlarut-larut dengan ‘apa’ dan ‘kenapa’, Gelombang menuntaskan ‘apa’ dan ‘kenapa’ dengan bahasa yang berupa simpulan. Teori, lalu simpulan. Prosesnyalah yang menjadi tanda tanya, mungkin akan dipaparkan di buku yang lain, atau diserahkan kepada pemahaman pembaca. Seperti saya duga, gaya tulisan Dee lagi-lagi berubah. Naratif di KPBJ, super gelap di Akar, ceria di Petir, dan analitik di Partikel, Gelombang membawa nuansa deskriptif yang menarik. Saya rasa perubahan gaya tulisan ini bukanlah Dee. Gaya tulisan Dee bisa dilihat dalam Filosofi Kopi, atau Madre, atau Perahu Kertas, yang bukan rangkaian Supernova. Sedangkan masing-masing buku Supernova menggunakan gaya masing-masing karakter. Naratifnya Dimas dan Ruben, dalamnya cara pemikiran Bodhi, gaya santai Elektra, dan nuansa pemberontakan Zarah. Gelombang pun disusun dalam cara pikir seorang Alfa, bukan Dee.

Memang keren Gelombang, meskipun banyak cibiran dan kritikan pedas dari analisis lain namun saya menganggap Novel ini merupakan terbitan terbaik pada tahun 2014. Gelombang merupakan seri Supernova terfavorit kedua saya setelah KPBJ. Tokoh Alfa Sagalalah yang menjadi pertimbangan saya. Entah mengapa, sifat ke-alien-nya yang absurd malah membuat saya merasakan dimensi sudut pandang yang memukau. Sungguh tidak sabar menanti seri terakhirnya Supernova Intelegensi Embun Pagi. Saya sangat berharap di seri penutup Supernova, Dee bisa memberikan sesuatu yang seperti KPBJ lagi bahkan yang lebih keren lagi. Kalau Anda?

2 komentar:

Designed By