Breaking News

Rabu, 04 Mei 2016

Upaya Konservasi Budaya dan Lingkungan Melalui Kesenia Tradisional Wayang Sampah


Oleh: Fuad Akbar Adi


Semarang—Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Semarang menyelenggarakan acara pagelaran kesenian tradisional dengan tajuk “Festival Seni Tradisi 2016”, Kamis (28/4). Acara yang diselenggarakan di Lapangan Dekanat Fakultas Bahasa dan Seni ini berlangsung meriah dengan dihadiri oleh pejabat-pejabat Unnes, tamu undangan serta para mahasiswa yang nampak memperlihatkan antusiasmenya dalam mengapresiasi kesenian tradisional. 

Festival Seni Tradisi 2016 merupakan kegiatan yang termasuk dalam serangkaian acara Dies Natalies Unnes ke-51 yang telah dibuka beberapa hari yang lalu. “Acara ini memang merupakan serangkaian acara Dies Natalies Unnes kemarin. Panitianya dari berbagai pihak termasuk dosen dan mahasiswa juga.”, ungkap Muhammad Arbi, ketua Hima Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus panitia pelaksana Festival Seni Tradisi 2016.

Acara Festival Seni Tradisi 2016 ini dimulai pukul 09.30 WIB dengan menampilkan berbagai pertunjukan kesenian dari daerah-daerah di Indonesia. Pementasan “Wayang Sampah Bocah Angon” yang dibawakan oleh SMA Negeri PGRI 2 Kayen, Pati dengan pembina Aziz Wisanggeni sekaligus sebagai dalang menjadi penampil pembuka dalam acara tersebut. Dalang Aziz Wisanggeni mengusung tema epos klasik Ramayana dengan lakon “Shinta Nggrampas”. Pementasan “Wayang Sampah Bocah Angon” menarik perhatian banyak penonton karena keunikannya mengadaptasi cerita Ramayana dengan gaya kesenian kontemporer yang memasukan nilai-nilai moral dan fenomena sosial termutakhir sehingga menjadi relevan dan dapat diterima oleh para penonton yang mayoritas merupakan mahasiswa. Hal ini dapat terlihat dengan membeludaknya penonton yang memadati seluruh penjuru lapangan Dekanat FBS. 

Hal unik lainnya dari pementasan “Wayang Sampah Bocah Angon” terletak pada upaya pelestarian lingkungan dengan mendaur ulang sampah dan barang-barang bekas penjadi properti yang digunakan untuk pementasan. “Wayang-wayang dan beberapa properti kami ini terbuat dari sampah, makanya nama wayangnya wayang sampah. Hal ini adalah salah satu cara kami mencintai alam dengan memanfaatkan sampah menjadi suatu media seni.” Ungkap Dalang Aziz yang saat ini mempunyai anggota komunitas lebih dari 60 orang. 

“Kalau begitu bagus ya. Selain melestarikan budaya juga melestarikan lingkungan. Konservasi budaya sama konservasi lingkungan, nyambung banget sama visi Unnes. Apalagi subtansi ceritanya, saya selalu suka bentuk kritik sosial lewat sebuah kesenian.” Tutur Khamdanah, salah satu penonton acara Fastival Seni Tradisi 2016. 

Pada akhir acara, pementasan yang berdurasi lebih dari satu jam ini mendapat penghargaan dari Unnes selaku pihak penyelenggara sebagai Tim Terinspiratif. Terlihat ekspresi kegembiraan yang tidak dapat disembunyikan dalang Aziz beserta para anggota komunitas “Wayang Sampah Bocah Angon” saat menerima penghargaan tersebut.
           
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By