Oleh: Fuad akbar Adi, S.Pd., Gr.
Namun
pada dasarnya, pendidikan di Indonesia masih gagap menghadapi perubahan
dinamika pembelajaran yang cukup ekstrem ini. Hal ini banyak difaktori oleh
kekurangan maupun ketidakmampuan pendidik dalam menggunakan media pembelaran
berbasis IT yang notabene merupakan mesin penggerak dalam proses pembelajaran
daring.
Secara
serentak di hampir seluruh kota Indonesia, sekolah dan perguruan tinggi harus
memberlakukan pembelajaran daring. Namun pasti kualitasnya tidak akan sama.
Secara garis besar setidaknya terdapat 4 kelompok pendidik yang saat ini sedang
memanfaatkan teknologi dan pedagogi sebagai sarana untuk pembelajaran daring,
yang masing- masing akan menyajikan kualitas pengalaman belajar yang
berbeda-beda.
Kelompok 1
Pendidik di kelompok ini melakukan pembelajaran daring sebatas mengirim bahan ajar melalui media sosial yang populer seperti Whatsapp (WA) atau melalui email. Ini biasanya dilakukan oleh pendidik yang masih gagap terhadap teknologi dan terbatas dalam pemahaman pedagoginya. Batas kemampuan mengajar dengan menggunakan teknologi hanya sebatas berkomunikasi di media sossial sekelas WA. Sebagai akibatnya pengalaman sekolah yang sangat beragam hanya tergantikan oleh komunikasi melalui WA atau email. Ini tentunya dapat membuat peserta belajar merasa bosan dan sangat merasakan kehilangan suasana sekolah seperti yang mereka nikmati sebelumnya.
Kelompok 2
Pendidik
di kelompok yang kedua ini melakukan pembelajaran melalui platform seperti
Moodle, Edmodo, Google Classroom, Schoology atau platform lain yang sejenis.
Pendidik di level 2 paham tentang LMS (Learning Management System) dan dapat
memanfaatkan fitur-fitur yang ada misalnya untuk melakukan kuis. Namun demikian
komunikasinya yang terjadi masih sebatas bertukar catatan saja dan tidak ada
interaksi yang langsung secara verbal, atau secara verbal dan visual sekaligus
misalnya melalui video call. Peserta didik mungkin akan merasakan sebuah
pengalaman baru dan berbeda untuk beberapa saat namun dalam jangka panjang bila
hanya seperti ini saja maka peserta belajar akan kehilangan suasana sosial
dalam belajar.
Kelompok 3
Pendidik
di kelompok ini sanggup mengelola pembelajaran melalui platform LMS (Learning
Management System) seperti di atas dan memahami pentingnya Cooperative Learning yang mengkurasi bahan ajar yang terdapat di
internet seperti di Ruangguru, Zenius dll. serta secara sengaja menciptakan
interaksi langsung yang terjadwal dengan peserta didik secara sinkron melalui
media Google Meet maupun Zoom. Di kelompok ini pendidik dengan peserta didik
berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan mendengar suara, atau suara dan
gambar walaupun itu dilakukan melalui teknologi. Untuk para pendidik yang masuk
di kelompok 3 ini interaksi sosial menjadi agenda dari rencana pembelajaran.
Oleh karena itu seyogianya pendidik yang masuk di dalam kelompok 3 ini menjadi
syarat minimum untuk menjadi pendidik di dalam pembelajaran daring.
Kelompok 4
Pendidik
di kelompok 4 ini melakukan pembelajaran daring seperti kelompok 3 namun mereka
menambahkannya dengan instruksi belajar yang lebih bervariasi termasuk
menjadikan dirinya sendiri sebagai sumber belajar dengan cara membagikan
rekaman suara atau video yang diproduksi sendiri untuk keperluan pembelajaran
daring. Pendidik dapat menghasilkan instruksi-instruksi yang memandu peserta
didik untuk bisa melakukan collaborative
learning dan experiential learning
secara mandiri di tempat masing-masing.
Mereka
terkoneksi dengan peserta didik dan bisa menghidupkan suasana belajar walau itu
terjadi dalam jarak jauh dan bukan di dalam suasana sekolah. Mereka bisa
memandu peserta didik untuk melihat rumahnya dan keluarganya sendiri sebagai
sebuah laboratorium ilmu pengetahuan alam dan juga laboratorium untuk ilmu
sosial. Peserta didik akan merasa bahwa belajar jarak jauh itu tidak terbatas
hanya ketika mereka membaca, menonton, mencatat dan mengerjakan tugas di depan
ponsel atau laptopnya. Peserta didik yang memiliki pendidik dari kelompok 4 ini
adalah peserta didik yang beruntung karena ditengah pandemik yang memaksa
mereka di rumah saja, mereka tetap dapat menikmati pengalaman belajar yang
bermutu dan juga asyik.
Bagaimana caranya?
Sesuai
uraian klasifikasi tersebut, untuk masuk ke dalam kelompok 4 pendidik perlu
menguasai penggunaan media yang dapat mendukung terciptanya Learning Managemen System (LMS), Cooperative Learning, Collaborative
Learning, dan Experiental Learning. Berikut
adalah 4 media pembelajaran daring yang dapat menunjang pendidik dalam
menciptakan kondisi pembelajaran yang bermutu dan asyik.
1.
Google
Classroom
Google
Classroom merupakan layanan online gratis untuk sekolah, lembaga non-profit,
dan siapa pun yang memiliki Akun Google. Bentuk dari GC sendiri yaitu berupa
platform/wadah pembelajaran campuran yang dikembangkan oleh Google untuk
sekolah yang bertujuan menyederhanakan pembuatan, pendistribusian dan penetapan
tugas dengan cara tanpa kertas.
Pendidik
dapat memanfaatkan GC sebagai Learning
Managemen System (LMS), di mana GC akan menjadi kelas virtual yang menjadi
wadah bagi pendidik dalam mengelola kelas serta sebagai sarana interaksi dengan
peserta didik dalam sebuah pembelajaran daring.
Fitur-fitur menrik dari Google Classroom bagi pendidik
seperti dapat melihat tugas di halaman tugas, di aliran kelas, atau di kalender
kelas. Semua materi kelas otomatis disimpan dalam folder Google Drive. Selain
itu, Google Classroom memungkinkan alur komunikasi antara pendidik dengan peserta didik atau antarpeserta didik
lebih efektif. Pendidik dapat membuat tugas, mengirim pengumuman, dan memulai
diskusi kelas secara langsung. Peserta didik dapat berbagi materi antara satu
sama lain dan berinteraksi dalam aliran kelas atau melalui email. Pendidik juga
dapat melihat dengan cepat siapa saja yang sudah dan belum menyelesaikan tugas,
serta langsung memberikan nilai dan masukan real-time. Yang tak kalah penting,
Google Classroom terjangkau dan aman yang disediakan gratis untuk sekolah,
lembaga nonprofit, dan perorangan serta tidak berisi iklan dan tidak pernah
menggunakan konten pengguna atau data peserta didik untuk tujuan periklanan.
2.
Google
Meet
Google Meet adalah produk dari Google yang merupakan layanan komunikasi
video yang dikembangkan guna menunjang pertemuan maupun rapat secara virtual.
Google Meet dapat digunakan oleh pendidik dalam pembelajaran berbasis
Cooperative Learning meskipun tanpa bertatap muka secara langsung.
Cara
kerja Google Meet pada dasarnya sama dengan media telekonferensi, di mana
pendidik beserta peserta didik dapat bertatap muka dan saling berinteraksi secara
audiovisual. Dengan begitu, pendidik dapat memanfaatkan fitur tersebut untuk
mengajak peserta didik lebih kooperatif lagi dalam pembelajaran.
Selain
bertatap muka pada Google Meet juga terdapat fitur presentasi yang memungkinkan
pendidik memaparkan materinya dan disimak langsung oleh peserta didik. Media
presentasinya pun tidak dibatasi, dapat berupa power point, gambar, maupun
video sehingga dengan begitu peserta didik tetap merasa seperti sedang
melakukan pembelajaran seperti biasanya. Di fitur presentasi ini tidak hanya
pendidik sebagai admin saja yang dapat melakukan presentasi, peserta didik pun
dapat melakukannya dengan begitu model KBM berbasis Cooperative Learning sangat
mungkin sekali diimplementasikan menggunakan media Google Meet ini.
3.
Google
Form
Google form adalah layanan dari Google yang memungkinkan
pendidik untuk membuat survei kuis, tanya jawab dengan fitur formulir online
yang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan.
Penggunaan Google Form ini lebih dikhususkan sebagai alat evaluasi dalam
menilai sejauh mana pserta didik memahami materi pada pembelajaran nyang telah
diajakankan oleh pendidik.
Bentuk instrumen penilaian melalui Google Form juga beragam
karena memang banyak opsi yang dapat digunakan. Pendidik dapat membuat intrumen
penilaian pengetahuan melalui kuis baik itu yang sifatnya pilihan ganda, kotak
centang, maupun uraian singkat dan panjang. Untuk intrumen penilaian
keterampilan pendidik dapat membuat formulir yang dapat digunakan peserta didik
untuk mengirimkan foto maupun video. Misal dalam pembelajaran prakarya peserta
didik ditugasi membuat kesenian origami, maka hasil karya dapat diunggah dalam
bentuk foto. Pun demikiann dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, peserta didik
ditugasi praktik berpidato maka hasil pidato dapat dikirikan peserta didik
dalam bentuk video ke Google Form.
Penggunaan Google Meet sebagai alat evaluasi cukup efektif
dalam kondisi pembelajaran jarak jauh ini. Hasil kiriman tugas maupun
pengerjaan kuis dari peserta didik akan langsung terekam dan dapat diunduh
dalam bentuk Microsoft Excel. Sehingga memudahkan pendidik dalam mengarsipan
tugas-tugas. Ditambah adanya fitur tenggat waktu yang dapat dijadikan sebagai
batas pengumpulan tugas.
4.
Youtube
Youtube merupakan sebuah platform yang dapat memungkinkan
pendidik menggunggah media pembelajaran untuk diguanakan peserta didik sebagai
sarana pembelajaran jarak jauh.
Penggunaa Youtube sebagai media pembelajaran jarak jauh ini adalah
bagian dari upaya pendidik memberikan variasi maupun inovasi guna menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mengassyikan. Pada dasarnya konten
pembelajaran yang disajikan dalam Youtube berupa media audiovisual. Pendidik
dapat memproduksi sebuah video yang berisikan materi pembelajaran yang dikemas
dengan menarik.
Ada banyak variasi pembuatan video yang dapat Pendidik unggah
pada media Youtube, antara lain sebagai berikut:
a. Rekam Layar
Pendidik dapat merekam materi yang telah dibuat dalam bentuk
Power Point (PPT) beserta penjelasanya melalui aplikasi rekam layar. Jadi
konten di dalam video tersebut adalah berupa pemaparan PPT beserta penjelasan
dari pendidik itu sendiri. Biasanya terdiri dari dua layar, layar pertama yang
ukuran besar untuk menampilkan PTT danlayar kecil yang terletak di pojok untuk
menampilkan gambar pendidik saat menjelaskan mkateri PPT tersebut.
b. Rekaman Video
Rekaman video adalah cara termudah nuntuk membuat konten
video pembelajaran karena hanya memerlukan Pendidik sebagai subjek yang
menjelaskan materi dan direkam menggunakan kamera. Pendidik dapat mencari
tempat yang dirasa representatif untuk menjelaskna materi sehingga terdapat
nuansa yang menarik bagi anak. Selain itu perlu juga adanya editing video dan
teknik pengambilan gambar yang baik supaya kemasan video dapat enak untuk
disimak.
c. Rekaman Video dengan Latar Greenscreen
Video pembelajaran ini termasuk yang sedang banyak diminati
karena tampilannya yang menarik. Ruang Guru adalah salah satu platform yang
memopulerkan penggunaan video pembelajaran dengan latar greenscreen. Jadi
Pendidik akan merekam pembelajaran dengan latar warna hijau lalu di proses
editing video latar tersebut akan diubah menjadi latar berbentuk animasi.
Biasanya juga disertai teks animasi juga sebagai alat bantu penjelas ketika
pendidik sedang menjelaskan materi. Pembuatan video seperti ini memang cukup
rumit karena memerlukan keterampilan editing video. Namun hasil video yang
tercipta akan sangat menarik bagi peserta didik. Aplikasi editing video yang
cocok untuk pembuatan video greenscreen antara lain Filmora, Kine Master, Viva
Pro dll.
d. Video Animasi
Penggunaan video animasi juga dapat dijadikan sebagai
alternatif pembuatan video pembelajaran jarak jauh. Sifatnya yang eye catching dengan berbagai warna,
gambar, dan tulisan menarik tentu saja akan meningkatkan minat peserta didik
dalam menyimak materi pembelajaran yang dipaparkan oleh pendidik. Salah satu
platform pembuat media pembelajaran berbentuk animasi yang popular adalah Powtoon.
Melalui Powtoon pendidik dapat membuat video animasi dengan mudah karena
fitur-fitur pembuatan animasinya sangat lengkap dan mudah dipahami. Selain
teks, gambar, dan warna, pendidik juga dapat memasukan rekaman suara sebagai
penjelasan materi maupun musik sebagai backsound ketika penyampaian materi.